Ign 14 Juli 2013

Mg Biasa XV: Ul 30:10-14; Kol 1:15-20; Luk 10:25-37

"Siapakah sesamaku manusia?"

Jutaan atau milyardan manusia yang ada di permukaan bumi ini tidak ada yang sama persis, bahkan mereka yang dilahirkan `kembar siam' pun juga tidak sama persis, ada perbedaan satu sama lain. Maka sidik jari kita semua juga berbeda satu sama lain. Namun marilah kita sadari dan hayati bahwa kita adalah sama-sama ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Memang dalam kenyataan hidup sehari-hari, karena pengaruh lingkungan, fungsi, jabatan, pekerjaan dst.. kita sering merasa semakin berbeda satu sama lain serta memiliki kerinduan untuk saling bertemu dan bersahabat. Cukup menarik dan refleksif pertanyaan seseorang kepada Yesus tentang "Siapakah sesamaku manusia". Dan menanggapi pertanyaan tersebut Yesus mengetengahkan perumpamaan perihal Orang Samaria yang baik hati. Maka marilah kita dengan rendah hati mawas diri: siapakah sesama kita?

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."(Luk 10:27)

Masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah bekerjasama dengan orangtua atau bapak-ibu kita yang saling mengasihi `dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga', yang memuncak dalam hubungan seksual. Bapak dan ibu kita berbeda satu sama lain: beda anggota tubuh, beda usia, beda pengalaman, beda ketrampilan, beda bakat dan kemungkinan juga beda suku atau agama, namun saling tertarik, mendekat dan bersatu sebagai suami-isteri, serta kemudian berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Dengan kata lain apa yang berbeda tidak menjadi hambatan untuk saling mengasihi, bahkan menjadi daya tarik, daya pesona dan daya pikat.

Kita berbeda satu sama lain dan dipanggil oleh Allah untuk saling mengasihi sebagai sesama manusia. Tak jemu-jemunya saya mengingatkan bahwa agar kita dapat saling mengasihi dengan baik dan benar hendaknya berusaha seoptimal mungkin menghayati apa yang sama di antara kita, karena jika apa yang sama di antara kita dihayati secara mendalam dan handal, apa yang berbeda akan fungsional meneguhkan, memperkembangkan dan memperluas cintakasih. Mari kita berrefleksi pada anggota-anggota tubuh kita yang berbeda satu sama lain, namun bekerjasama untuk mencapai satu tujuan atau sasaran, yaitu kesehatan dan kebugaran tubuh. Tidak ada iri hati atau saling membenci di antara anggota-anggota tubuh kita, dan masing-masing anggota berfungsi secara optimal pada waktunya secara otomatis.

Dalam Injil hari ini dikisahkan perihal orang Samaria yang berbaik hati kepada orang Yahudi yang sedang mengalami musibah, dirampok dan disakiti. Dalam tradisi orang Samaria dan orang Yahudi saling bermusuhan. Cukup menarik perumpamaan yang diangkat oleh Yesus, yaitu ada imam Yahudi dan orang Levi, yang secara kultural atau sosial sama dengan orang yang dirampok dan kesakitan, sama-sama orang Yahudi, namun mereka hanya melihat saja dan tidak menolong saudara sebangsa yang sedang kesakitan dan menderita. Orang Samaria yang dianggap musuh jutru menolong sampai tuntas. Hal ini mengingatkan saya perihal `bencana nasional tsunami' yang terjadi di Banda Aceh beberapa tahun lalu. Orang-orang kulit putih dan Kristen, yang konon dipandang kafir dan musuh justru dengan sepenuh hati menolong korban-korban tsunami, tetapi rekan sebangsa sendiri memanfaatkan hal itu untuk memperkaya diri sendiri aliasa berkorupsi. Yang dipandang musuh melakukan perbaikan, sedangkan yang dipandang saudara melakukan `pembusukan'
(tindakan korupsi merupakan tindakan pembusukan).

Marilah kita menedalan orang Samaria yang baik hati; tanpa pandang bulu atau SARA kita tolong orang yang sungguh membutuhkan pertolongan, karena menderita atau berkekurangan dalam hal kebutuhan hidup yang layak dan sehat. Di jalanan mungkin kita menemui orang yang kecelakaan atau menderita, baiklah dengan jiwa besar dan rela berkorban kita tolong mereka sesuai dengan kemampuan dan kemungkinan yang ada pada kita. Hendaknya jangan menjadi sombong seperti imam Yahudi maupun orang Levi (untuk masa kini berarti imam/pastor dan biarawan-biarawati). Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak anda sekalian untuk meneladan juga pengorbanan Yesus demi keselamatan seluruh bangsa di dunia ini, seluruh umat manusia.

"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus" (Kol
1:15-20)

Seluruh umat manusia `diperdamaikan dengan Allah dan sesamanya' dengan atau oleh "darah salib Kristus". Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladanNya dengan senantiasa mendamaikan siapapun yang bermusuhan atau saling membenci. Ketegangan dan permusuhan masih terjadi di Negara kita tercinta ini, karena beda pendapat, beda aspirasi politik, beda suku dan beda agama. Bahkan ada sekelompok orang atas nama Allah merusak dan membunuh, bertindak tak berperikemanusiaan. Pada umumnya mereka yang melakukan perusakan atau pembunuhan adalah orang-orang bayaran, dengan kata lain uang menjadi penggerak dan motivasi untuk merusak dan membunuh.

Pada dasarnya `uang' adalah netral, dan memang dapat menjadi jalan ke sorga atau jalan ke neraka, tergantung orang yang memiliki dan menggunakannya. Marilah sebagai orang beriman kita fungsikan atau gunakan uang atau harta benda sebagai sarana bagi kita untuk `memuji, mengabdi, memuliakan dan menghormati Allah' dan secara konkret kita wujudkan terhadap saudara-saudari atau sesama kita tanpa pandang bulu.
Dengan kata lain hendaknya kita sebagai manusia yang diciptakan sebagai `gambar atau citra Allah' saling memuji, mengabdi, memuliakan dan menghormati. Memang pertama-tama dan terutama diri kita masing-masing hendaknya dapat menjadi `gambar atau citra Allah', orang yang senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.

Dalam diri kita masing-masing hemat saya lebih banyak apa yang baik daripada yang jahat, yang mulia dan luhur daripada yang jorok, dst..
Maka marilah kita lihat dan akui atau imani apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri saudara-saudari kita, alias marilah kita senantiasa berpikiran positif terhadap saudara-saudari kita, jangan curiga atau berprasangka buruk/jelek terhadap orang lain. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa Allah senantiasa berkehendak baik dan berpikiran positif terhadap kita dalam keadaan atau situasi apapun, maka beriman kepada Allah selayaknya juga hidup dan bertindak baik dan positif terhadap orang lain.

Sikap mental berdamai atau bersaudara ini kami harapkan sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, antara lain perlu didukung oleh teladan orangtua atau bapak-ibu. Jika anak-anak di dalam keluarga memiliki pengalaman mendalam dan handal dalam hidup berdamai dan bersaudara, percayalah kelak kemudian hari ia akan menjadi pendamai dan senantiasa mengusahakan persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup sehari-hari. Perdamaian dan persaudaraan atau persahabatan sejati pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

"Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan" (Mzm 69:30-31.33-34)

Ign 14 Juli 2013