Saat Teduh Kamis, 27 September 2012
Pembacaan Alkitab: Keluaran 3:1-15
1 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
3 Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
4 Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."
5 Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
6 Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
7 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
11 Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"
12 Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."
13 Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
14 Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."
15 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
“DOMBA TIDAK BERSEPATU”
Ayub 12:7
Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.
RENUNGAN
Saat membaca bagaimana Sang Pencipta menampakkan diri kepada Musa, gembala di Gunung Horeb, aku membayangkan mungkin domba-domba terus mengembik mengikuti Musa menyimpang untuk memeriksa semak semak duri menyala itu. Domba-domba itu mungkin menghentakkan kakinya, dan berjalan di antara Musa dan semak duri berapi itu. Aku merenungkan: kawanan domba itu tidak perlu melepaskan apa pun untuk mendekat pada Allah sebab mereka tak bersepatu.
Kawanan domba itu erat kaitannya dengan tanah kudus hadirat Allah. Sebagai domba Sang Gembala yang baik, mulanya kita seperti domba, “bertelanjang kaki” dan terhubung intim dengan Dia, Pencipta kita. Namun kemudian, kita memakai sepatu dan membangun batas dengan Sang Mahakudus. Kita dipenuhi persoalan: ras, gender, strata dalam masyarakat, dan penggolongan manusia yang membatasi dan menjauhkan kita dari hubungan erat antara kita dengan Allah yang dibangun-Nya.
Allah berfirman, “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." [Keluaran 3:5]. Tiap hari, berlaku panggilan yang sama untuk melepaskan kuasa dan pandangan pada harta benda yang menjauhkan kita dari Allah. tujuan hidup kitya, dekat dengan-Nya. Jika kita menanggalkan apa pun yang membatasi kedekatan itu, rencana Allah menyala di dalam diri kita.
Doa:
Allah Mahakudus, tolong kami menyingkirkan hal-hal yang membatasi kedekatan kami dengan-Mu sehingga kami dapat merasakan tanah kudud yang kami pijak. Amin.
Doa syafaat:
Mereka yang berupaya membebaskan segala prasangka.
Pokok pikiran:
“Sepatu” apa yang membatasiku mengalami kedekatan dengan Allah?
Dikutip dari:
Saat Teduh – BPK Gunung Mulia – Jakarta – Indonesia
Kamis, 27 September 2012
Copyright © 2011 The Upper Room
Vol. 77 No. 1. ISSN 0042-0735, GST # 128363256. ISSN 0854-1760
Niger Woodruff (Alabama, Amerika Serikat)