RH MUTIARA IMAN
Senin, 17 September 2012
(Penulis: Rm. Hermanus Sigit Pawanta, SVD)
Mutiara Iman:
"...katakan sepatah kata saja, maka hambaku akan sembuh"
[Lukas 7:7b]
BACAAN PERTAMA - 1 Korintus 11:17-26;
17 Dalam peraturan-peraturan yang berikut aku tidak dapat memuji kamu, sebab pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan.
18 Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya.
19 Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.
20 Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan.
21 Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.
22 Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji.
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan
berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
MAZMUR TANGGAPAN - Mazmur 40:7-10,17;
BACAAN INJIL - Lukas 7:1-10;
1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum.
2 Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong,
5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu.
Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku:
Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.
MEDITATIO:
Pernah pada suatu kesempatan saya diminta untuk mendoakan seorang saudara sahabat saya yang divonis mati oleh dokter, karena penyakit HIV/AIDS yang dideritanya. Menurut dokter, hanya satu atau dua bulan pasien itu mempunyai kesempatan untuk hidup. Ketika saya sampai di ruang isolasi di salah satu rumah sakit tempat ia berbaring, sungguh saya begitu terkejut. Gadis cantik berusia dua puluh tahunan itu nampak sangat kurus tinggal kulit dan tulang, tergeletak tak berdaya di ranjang. Perlu pergulatan untuk berkomunikasi dan berdoa dan mengurapinya dengan minyak orang sakit. Hanya satu yang saya perbuat saat itu, berserah total dalam iman kepada Allah, berdoa agar Tuhan memberi yang terbaik untuk dia. Setahun kemudian, saya mendengar bahwa anak itu kembali sehat. Bahkan saya mendengar ia menikah.
Iman yang sesungguhnya adalah sikap rendah hati, percaya sepenuhnya kepada Allah sehingga kita berani memasrahkan seluruh hidup. Sikap semacam itulah yang diperlukan kita dalam kehidupan beriman. Keberanian untuk mengosongkan diri, menyadari ketidakberdayaan dan kemudian berjuang sambil berserah total kepada Allah, itulah yang perlu kita tumbuhkan dalam hati kita. Allah mampu untuk menjadikan mungkin apa yang tidak mungkin. Perwira Romawi, memberi contoh kepada kita bagaimana kita harus percaya kepada kuasa Allah.
CONTEMPLATIO:
Ciptakanlah hening untuk dua tiga menit. Duduklah dalam posisi tenang. Tarik dan lepaskan pelan-pelan nafasmu. Dalam keheningan itu hadirkan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Tuhan dalam hidupmu. Kenangkan kembali peristiwa saat Anda merasa bahwa Allah ikut ambil bagian dalam peristiwa itu. Syukurilah perbuatan baik Allah yang terjadi dalam hidupmu.
ORATIO:
Tuhan, tumbuh dan hidupkanlah dalam diriku iman dan kepercayaan bahwa semua yang kumiliki, hidupku, jiwa dan ragaku, adalah semata-mata karena rahmat dan kasihMu. Amin.
MISSIO:
Doa syukur dan mohon iman yang teguh, akan aku doakan pada hari ini.
Tuhan memberkati!